Biofuel: Pilar Swasembada Energi Indonesia
Gi-media.com Jakarta, September 2025 Di tengah dinamika energi global yang penuh gejolak,
Indonesia memilih jalannya sendiri: swasembada energi berbasis potensi lokal.
Salah satu pilar utamanya adalah biofuel. Program biodiesel berbasis minyak kelapa sawit yang terus dikembangkan sejak satu dekade terakhir kini menjadi bukti nyata bahwa transisi energi tidak hanya berbicara tentang turbin angin atau panel surya,
tetapi juga soal kemampuan sebuah bangsa mengolah kekayaan alamnya sendiri.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, sepanjang semester I 2025,
Biofuel: Pilar Swasembada Energi Indonesia
Kontribusinya tidak bisa dipandang remeh: setara dengan penghematan devisa USD 3,68 miliar (sekitar Rp 60,37 triliun) serta tambahan nilai Rp 9,51 triliun dari proses hilirisasi CPO (Crude Palm Oil) menjadi biodiesel.
“Biofuel adalah bukti bahwa transisi energi tidak hanya soal mengurangi emisi, tetapi juga soal mengamankan devisa dan membuka lapangan kerja.
Ini adalah strategi kedaulatan energi,” tegas Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat menyampaikan capaian kinerja semester I 2025.
Mengurangi Ketergantungan, Menjaga Kedaulatan
Ketergantungan pada energi fosil, terutama impor BBM, telah lama menjadi masalah klasik Indonesia.
Tahun 2014, defisit neraca perdagangan migas sempat mencapai USD 12 miliar, menggerus stabilitas fiskal dan nilai tukar rupiah. Program biodiesel hadir sebagai jawaban.
Mulai dari B20 (2016), B30 (2020), hingga kini B40, setiap tahapan program bukan sekadar eksperimen teknis,
tetapi langkah strategis untuk menekan impor solar.
Kementerian ESDM bahwa pada 2030, Indonesia sudah bisa melangkah lebih jauh ke B50 bahkan bioavtur, yang berpotensi mengurangi impor avtur hingga 10%.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia adalah produsen CPO terbesar dunia, dengan output lebih dari 50 juta ton per tahun.
Mengolah sebagian hasil tersebut menjadi biodiesel menjadikan Indonesia tidak lagi sekadar “penjual bahan mentah”, tetapi negara yang mampu mengubah sumber daya menjadi energi bernilai tinggi.
“Kalau kita bicara kedaulatan energi, biodiesel adalah cerita sukses.
Kita tidak lagi terlalu bergantung pada pasar internasional,” ujar Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung, menegaskan arah kebijakan.
Dampak Ekonomi Lokal: Energi yang Membumi
Salah satu daya tarik utama program biodiesel adalah dampaknya yang nyata di tingkat lokal.
Investigasi lapangan ke beberapa koperasi sawit rakyat di Riau dan Kalimantan Barat menunjukkan
bagaimana biodiesel membuka peluang baru.
Sebelumnya, petani hanya bisa menjual Tandan Buah Segar (TBS) ke pabrik CPO dengan harga yang sangat fluktuatif.
Kini, dengan adanya skema integrasi ke industri biodiesel, ada kepastian pasar yang lebih stabil.
Kementerian ESDM memperkirakan, setiap 1 juta kiloliter biodiesel yang dikonsumsi domestik mampu menciptakan 12–15 ribu lapangan kerja langsung dan tidak langsung.
Dari pekerja pabrik esterifikasi, sopir angkutan, teknisi, hingga tenaga administrasi, efek multiplikasi ekonomi.
ini memperlihatkan bahwa biofuel adalah energi yang benar-benar membumi menghidupi rakyat, bukan hanya angka di tabel laporan.
Isu Lingkungan: Kritik yang Tak Bisa Diabaikan
Namun jalan menuju swasembada energi lewat biofuel tidak sepenuhnya mulus.
Kritik keras datang dari lembaga lingkungan, baik nasional maupun internasional.
Isu yang paling sering disorot adalah deforestasi akibat ekspansi perkebunan sawit dan potensi konflik agraria.
Laporan Forest Watch Indonesia tahun 2024 menunjukkan, sekitar 1,6 juta hektare lahan masih berada dalam sengketa tata kelola perkebunan.
Jika program biodiesel tidak diiringi dengan regulasi ketat, ada risiko keberlanjutan justru menjadi jargon kosong.
Kementerian ESDM bersama Kementerian Pertanian merespons kritik ini dengan memperkuat sertifikasi Indonesian
Sustainable Palm Oil (ISPO) dan memperluas program co-firing biomassa di PLTU.
Strateginya jelas: sawit harus berkelanjutan, dan biofuel harus berjalan beriringan dengan diversifikasi EBT (Energi Baru Terbarukan).
“Kita tidak boleh menutup mata terhadap dampak lingkungan.
Transisi energi harus adil, tidak boleh menambah beban masyarakat adat atau petani kecil,” tegas seorang peneliti energi terbarukan BRIN yang diwawancarai GI Media.
Biofuel dalam Roadmap Transisi Energi
Meski bukan satu-satunya solusi, biofuel jelas menjadi pilar penting dalam roadmap energi Indonesia.
Kementerian ESDM merinci lima program prioritas 2025 yang semuanya saling terhubung:
1. Pengembangan biofuel lanjutan – bioavtur untuk penerbangan dan bioetanol berbasis tebu.
2. Energy storage – baterai skala besar untuk mendukung penetrasi EBT.
3. Jaringan gas kota (jargas) – target 5 juta sambungan rumah tangga hingga 2027.
4. Digitalisasi perizinan – transparansi proses agar investasi energi makin efisien.
5. Subsidi tepat sasaran – mencegah kebocoran energi bersubsidi.
Dalam kerangka besar ini, biofuel menjadi wajah paling populer dan terasa manfaatnya.
Ia bisa dipakai langsung oleh kendaraan masyarakat, sekaligus menopang industri transportasi dan manufaktur.
PNBP: Energi yang Mengisi Kas Negara
Dampak biofuel juga tercermin dalam kontribusi keuangan negara.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor ESDM tahun 2024 mencapai Rp 269,65 triliun (113% dari target Rp 238,39 triliun).
Biofuel sendiri menyumbang lewat pajak ekspor, pungutan sawit,
hingga penghematan subsidi BBM fosil. Per 30 Juni 2025, realisasi PNBP sudah mencapai Rp 117,16 triliun atau 46% dari target Rp 254 triliun.
“Ini bukan hanya soal energi, tapi soal keberlanjutan fiskal negara,” ujar Menteri Bahlil, menekankan signifikansi program.
Kesimpulan: Energi yang Membangun Optimisme
Swasembada energi bukan tujuan jangka pendek, melainkan proyek peradaban.
Di era ketidakpastian global—dari geopolitik Timur Tengah hingga perang dagang energi terbarukan—Indonesia membutuhkan pilar yang kokoh.
Biofuel menawarkan kombinasi yang jarang ditemukan: berbasis potensi lokal, langsung berdampak pada masyarakat,
dan relevan dengan agenda global dekarbonisasi.
Meski kritik lingkungan tetap harus dijawab serius, fondasi ini sudah cukup untuk menegaskan bahwa Indonesia tidak berjalan tanpa arah.
“Biofuel bukan sekadar bahan bakar. Ia adalah simbol bahwa kita bisa berdiri di kaki sendiri,” pungkas Menteri Bahlil.
Discussion about this post