Jakarta, 9 Desember 2025 — Aktivis Hak Asasi Manusia, Suciwati, hadir dan memberikan pesan mendalam dalam Peringatan Hari Hak Asasi Manusia 2025 yang mengusung tema “Katastrofe Hak Asasi Manusia: Urgensi Politik Kewargaan.” Kehadirannya menjadi simbol penting atas perjuangan panjang melawan berbagai bentuk ketidakadilan, sekaligus pengingat bahwa isu HAM di Indonesia masih memerlukan perhatian serius.

Dalam kesempatan tersebut, Suciwati menegaskan bahwa penggunaan istilah “katastrofe” bukanlah tanpa alasan. Menurutnya, berbagai pelanggaran HAM yang terjadi bertahun-tahun, baik yang belum terselesaikan maupun yang muncul dalam bentuk baru, menunjukkan adanya kegentingan moral dan politik yang harus direspons secara nyata.
“Peringatan Hari HAM bukan sekadar seremonial. Ini adalah momentum untuk menegaskan kembali keberpihakan kita pada kemanusiaan. Ketika nilai-nilai HAM terancam, maka politik kewargaan harus berdiri paling depan untuk membela mereka yang rentan dan tak bersuara,” tegas Suciwati.
Suciwati juga mendorong masyarakat sipil, akademisi, komunitas muda, hingga para pembuat kebijakan untuk tidak menyerah dalam memperjuangkan ruang demokrasi yang sehat. Ia menekankan pentingnya keterlibatan aktif warga dalam memastikan negara menghormati, melindungi, dan memenuhi hak asasi setiap orang.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa politik kewargaan bukan sekadar konsep, tetapi praktik keberanian sehari-hari—berani kritis, berani bersuara, dan berani membela nilai kemanusiaan meski menghadapi tantangan.
Peringatan Hari HAM 2025 ini diharapkan menjadi momentum refleksi dan aksi bersama, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan HAM yang kian kompleks. Melalui kehadiran tokoh seperti Suciwati, acara ini sekaligus meneguhkan kembali komitmen publik untuk tidak berhenti memperjuangkan kebenaran, keadilan, dan kebebasan.






















Discussion about this post