Gi-Media.com Simalungun – Sekelompok elit di Sumatera Timur saat itu,yang dilatar belakangi Partai-Partai Nasional dan Komunis,mereka tidak sabar melihat kondisi Sumatera timur dengan Pemerintahan Swapraja yang Otonom.
Mereka bergerak serentak pada tanggal 03-03-1946 pukul 00.00 WIB,menghancukrkan istana Raja Raja di Simalungun yaitu Raya,Panei,Tanah Jawa,Dolok Silau,Silimahuta,Purba, Siantar , Sibayak Karo,Lingga Sarinembah ,Kuta buluh dan Suka.
Istana Diserang Raja dijarah /dirampok hingga dibakar ,Raja dan Kerabatnya dibunuh dengan sadis sehingga banyak mayat-mayat bergelimpangan,banyak sekali korban yang dimaksut tidak bisa ditemukan hingga saat ini.
Kedudukan Pemerintah Swapraja yang berfungsi sebagai Kepala adat budaya suku Simalungun ,Melayu, Karo kemudian dihapus,digantikan oleh Pimpinan Gerakan Pembantaian.
Simalungun yang sebelumnya Bupati dijabat Tuan Madja Purba Pakpak Lulusan Sekolah Pamong Di Bukit Tinggi, dipaksa turun dengan dalih bahwa ksum feodal tidak dapat menduduki Jabatan di alam kemerdekaan, Urbanis Pardede Pimpinan PKI di Simalungun dijadikan Bupati Simalungun.
Sejak saat itu banyak tanah-tanah Kerajaan dijarah Masyarakat dan berpindah tangan sampai sekarang, peran politik Raja-Raja pun hilang, arus budayapun hilang, marga-marga asli Simalungun Sinaga, Saragih Damanik dan Purba, berpecah ke marga-marga yang diacu TOBA.
Tragedi berdarah pada tanggal 3 -3 1946 memang telah menghancurkan keutuhan budaya adat dan sosial politik tradisional suku Simalungun yang sudah berlangsung selama berabad silam, hal itu berlangsung dalam waktu satu malam, dengan melakukan pembantaian Kepala kepala adatnya.
Raja Raja Simalungun yang tewas dibunuh setelah diculik dari Istana adalah : Raja Panei Tuan BS Purba Dasuha, Pemangku Kerajaan Raya Jankaduk Saragih Garingging,Tuan Karel Tanjung purba pak pak (Pemangku Raja purba) Tuan Mogang Purba Pakpak Raja Purba dan Tuan Padiraja Purba Girsang ( Raja Silimakuta).
Korban yang berhasil selamat dari Pembantaian adalah Mr Tuan Kaliamsah sinaga (Raj tanah jawa) dan Raja Dolok Silau Tuan Bandar Alam Purba tambak.
Tidak luput dari pembantaiyan para Partuanon pun menjadi korban dibantai dengan kejam,salah satunya Tuan Hormajawa sinaga dadihoyong Hataran dan puteranya yang konon katanya disantap Masyarakat setelah dicampur dengan daging Kerbau Peliharaan Tuan Dolok Panribuan, tidak terhitung Partuanon lainnya di Seluruh Simalungun dibunuh dengan sadis.
Pantai Haranggaol disaat itu menjadi tempat pembuangan Jenazah tidak dikenal,mereka korban pembantaian Barisan Harimau Liar ( BHL),ikan hasil tangkapan nelayan Danau Toba, tidak laku dijual di Saribu dolok, masyarakat takut makan ikan sebab sering kedapatan Jari Manusia diperut Atau mulut Ikan, kerabat Raja banyak Mengungsi bahkan Sebagian ada menghilangkan Marga dengan mengganti Marga Suku lain untuk Menyelamatkan diri.
Sumber “Buku Amarah Karangan Dr Erond Damanik” dan Saksi Sejarah Cucu Raja Panei Pdt Juanda Purba dasuha.(Rus – Tim)
Discussion about this post